Saat ini peninggalan motif batik Bang bangan yg asli di simpan di museum batik GKBI/Gabungan Koperasi Batik Indonesia di Jakarta,sumber info ini dari bpk Hari Mulyono 74th tokoh Majan dan pengurus koperasi BTA(Batik Tulungagung)yg pernah berjaya pd masanya.Bukti betapa tersohornya batik Bang bangan Majan adalah adanya kesuksesan/kesejahteraan para pengrajin batik Majan,padahal Nusantara masih dibawah cengkeraman penjajah Belanda kala itu,Salah satu contoh pengrajin batik Bang bangan yg sukses adalah bpk H.Ismail yang juga orang tua Bpk H.Sapuan penemu babaran Gajah Mada.Beliau tergolong orang terkaya di Majan padahal saat itu banyak orang orang kaya di desa Majan,saat itu beliau mampu memberangkatkan 6 orang anggota keluarganya untuk berangkat haji di Makkah mereka adalah H.Ismail beserta istri serta beberapa anaknya yaitu H.Sapuan,H.Yasin,Hj.Siti Fatimah dan H.Tohir,kami cukup paham dengan keluarga beliau karena buyut kami saudara kandung dari H.Ismail dan sama sama pengrajin batik.Padamasa itu penduduk Majan juga di dominasi orang orang dari Solo dan Yogyakarta,bahkan rumah yang saya tempati ini juga bekas milik orang Solo bernama Mbah Harjo tetapi pembuatnya bernama Mbah Abdul Rokim umur rumah ini kira kira lebih dari 150 tahun.Orang orang Majan mulai exodus/keluar dari Majan ketika Majan di landa banjir besar yang dinamakan banjir Jepang tahun 1942/masa penjajahan Jepang.Banjir yang melanda desa Majan terus menerus itu akhirnya juga menjadi inspirasi motif batik terutama pada era Gajah Mada.Inspirasi itu tertuang baik pada isen isenan(isian pada motif batik)maupun motif secara umum/garis besar.salah satu contohnya adalah motif Lereng kayu mati,Iwak iwakan(ikan),Kembang Teratai dan lain lain.khusus Lereng Kayu Mati menggambarkan suasana setelah banjir dimana banyak pohon pohon/kayu yang mati.Untuk Isen isenan yang terinspirasi dari banjir yaitu isen uget,kembang krangkong,semanggi,rawan dan lain lain.
Batik Gajah Mada mulai surut secara besar besaran ketika
Printing/tekstil motif batik mulai di release sekitar tahun 70an.Dan
tidak hanya batik Majan hampir seluruh industri batik di Nuasantara
gulung tikar dan alih profesi karena kalah bersaing dengan
Printing[tekstil bermotif batik]Mereka kalah bersaing dalam soal
harga,kwantitas/kecepatan produksi dan tampilan warna.Persentase
pengrajin batik majan yang masih bertahan kira kira hanya 10%.Orang tua
mulai bangkit membatik tahun 80an dan dimulai dari ibu kami,padahal
ayahlah yang pertama merintis usaha batik di tahun 60 an dan pernah
menikmati masa keemasan batik,Setelah lebih dari 15 tahun kami
bangkit,tahun 1997 badai krisis melanda lonjakan harga terjadi dan
akhirnya 100% industri batik gulung tikar,sampai kami baru bangkit di
awal 2013ini.